Rabu, 03 Agustus 2016

Evaluasi Menggunakan Kahoot

Langkah-langkah membuat tes pada www.kahoot .it
1.       Akses www.kahoot.it

2.       Klik getkahoot.com
3.    Klik sign up for free
4.       Isi Rule dan email lalu create account

1.       Lalu buat tes (equation,video,gambar, suara,link bisa include di dalam tes dengan mudah)
2.       Setelah selesai tes dibuat pilih play
3.       Pilih team mode atau classic mode
4.       Akan muncul pin yang akan di perlihatkan ke seluruh peserta didik
5.       Peserta didik akan login dengan pin tersebut, lalu tes bisa dimulai

NB: Untuk lebih jelas bisa dilihat di video yang telah diupload di youtube dengan cara ketik di search engine youtube : #mtmh_lydia valensia

Kamis, 28 Juli 2016

Project Love Match (LovEnvironment Mathematics and Technology(Kahoot))


PROJECT LOVE MATCH


Program My Teacher My Hero Award 2016 kembali di gelar pada bulan April 2016.  Rasa penasaran ingin ikut pelatihan bootcamp akhirnya mengantarkan saya untuk ikut serta dalam kompetisi ini. Tidak ada niatan untuk menjadi pemenang (karena tahun lalu sudah jadi pemenang ) tetapi target untuk masuk 45 besar dan ikut serta dalam bootcamp memang keinginan saya. Saya memastikan kepada panitia apakah pemenang tahun lalu boleh mengikuti kembali dan panitia memperbolehkan karena penilaian yang akan dilakukan akan seadil mungkin. Beberapa orang dari 8 Besar pemenang tahun kemarin akhirnya  mengikuti kompetisi ini.  Jika tidak dikejar seperti ini, maka kesempatan untuk menambah ilmu melalui pelatihan sangat minim di dapat. Pelatihan Indonesia Digital Learning hanya dilakukan di 8 kota, palembang tidak termasuk diantaranya.
 
Tahun ini sedikit berbeda dengan tahun sebelumnya dimana guru diminta menuliskan pengalaman mengajar menggunakan digital untuk seleksi pertama mengikuti bootcamp (baca: menuju korea melalui my teacher my hero award) . Di tahun 2016, guru harus mengirimkan naskah pembelajaran dan video pembelajaran menggunakan digital. Alhasil melalui berbagai proses yanng cukup singkat dan tergesa-gesa, setelah pulang dari korea selatan (baca: benchmark di Korea Selatan 12-16 April 2016)saya mulai merancang proses pembelajaran yang akan saya lakukan.

Video pembelajaran yang saya unggah di youtube dengan judul  Project Love Match memiliki latar belakang, permasalahan dan tujuan.

Latar Belakang :
·         Banyaknya sampah terutama sampah plastik yang sulit di daur ulang. Mengapa tidak digunakan untuk belajar Matematika
·         Siswa abad 21 memilih keterlibatan belajar yang mengggunakan teknologi, terutama handphone.
·         Pemanfaatan teknologi internet yang tepat guna

Permasalahan:
1.       Bagaimana memanfaatkan barang bekas untuk membuat bangun ruang yang dapat digunakan dalam pembelajaran Matematika
2.       Bagaimana mendesain teknologi dalam bentuk permainan agar peserta didik menunjukkan ketertarikan dalam pembelajaran matematika.

Tujuan:
1.       Membuat bangun ruang dari barang bekas yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika
2.       Mendesain teknologi  tes dalam bentuk games melalui www. Kahoot.it
Bangun Dimensi Tiga dari Barang Bekas

Pembuatan Bangun Dimensi Tiga
    


Penggunaan Kahoot.it dalam Pembelajaran
Dibawah ini adalah hasil video yang saya ikutkan lomba my teacher my hero award 2016 dan berhasil masuk 45 Besar serta berhak mengikuti pelatihan Bootcamp di Jakarta.




Minggu, 29 Mei 2016

Benchmark Education di Korea Selatan 12-16 April 2016


Kota Seoul memang menyisakan kenangan manis. Sisa-sisa Cherry Blossom yang belum gugur karena peralihan musim panas ke musim dingin menjadi saksi perjalanan Benchmark Education  yang digagas oleh PT Telkom Indonesia dan PGRI sebagai bentuk penghargaan kepada 8 pemenang kompetisi My Teacher My Hero 2015, desember silam. 


Program  Benchmark Edu ini baru terlaksana pada tanggal 12-16 April 2016 karena menyesuaikan jadwal dari berbagai pihak terkait.  Kami mendarat di Bandara Incheon setelah 6-7 jam perjalanan dengan perbedaan waktu 2 jam lebih awal dari Jakarta. Saat itu cuaca cukup dingin  bagi warga negara tropis yang hanya memiliki 2 musim. Kami ber8 berangkat bersama 8 orang Pengurus Besar PGRI dan 1 orang dari PT Telkom.

NO
NAMA
JABATAN
1
MUHAMAD USMAN TONDA
KETUA PB PGRI
2
MUHAMMAD ASMIN
KETUA PB PGRI
3
ABDUL HAMID
WAKIL SEKJEN PB PGRI
4
FARIDA YUSUF
WAKIL SEKJEN PB PGRI
5
FATHIATY MURTHADHO
WAKIL BENDAHARA PB PGRI
6
MOHAMMAD ABDUH ZEN
SEK. DEPARTEMEN PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT PB PGRI
7
MUHAMMAD SIBROMULISI
SEK. DEPARTEMEN ADVOKASI DAN PERLINDUNGAN HUKUM PB PGRI
8
MUHAMAD WAHYUDDIN
POKJA KERJA SAMA PB PGRI
9
AMIROH
SMKN 3 JOMBANG
10
ARY GUNAWAN
SMP MUHAMMADIYAH 3_DEPOK SLEMAN
11
FATHUR RACHIM DARMANSYAH
SMAN 10 SAMARINDA
12
HANRI EKO SAPUTRO
SMP N 2 REMBANG
13
HENDRIYADI BAHTIAR DAENG SILA
SAHABAT PULAU SELAYAR
14

LYDIA VALENSIA BACHRI
SMA NEGERI 5 PALEMBANG
15
ROHMAT ISNAINI
SMKN 1 KEDAWUNG
16
NENY ELSE JOSEPHINE
SMAN 2 SURABAYA

Sempat terbesit pertanyaan mengapa harus ke Korea Selatan, bukankah masih banyak negara lain yang dapat dijadikan tempat untuk Benchmark Education Indonesia Digital Learning? Sesampainya di Korsel aura digital begitu terasa. Hampir disemua tempat wifi dapat diakses dengan mudah. 

Negara ini memiliki 116 surat kabar harian, televisi dengan 2 jaringan nasional, 47 channel,., lebih dari 6500 majalah, 2000 mingguan, 3300 bulanan . Masyarakat korea juga menggunakan teknologi komunikasi yang baru. Lalu rasa penasaran ini berlanjut dengan pertanyaan Bagaimana sistem pendidikan di korea selatan?

Pada kesempatan yang langka dan berharga ini kami mengunjungi Kojan Elementary School yang terletak di Gojan-dong, Ansan dan Buwon Girls Middle School yang berlokasi di Incheon Korea Selatan. Kami melaksanakan tugas sesuai kapasitas dan fungsi masing-masing. 

8 Pemenang MTMH 2015
Pengurus Besar PGRI
Dari hasil pengamatan di kelas dan sharing kami di dua sekolah tersebut ada beberapa informasi yang dapat kami ambil diantaranya:
1. Tidak ada sistem ujian nasional atau ujian kenaikan kelas di korsel. Anak-anak akan langsung naik kelas dengan sendirinya. Mereka hanya dibatasi ketidakhadiran di kelas, apabila dirasa kurang, guru akan memberikan tambahan.Tetapi untuk masuk perguruan tinggi memang peserta didik harus bersaing.

2. Orang tua peserta didik memilihkan sekolah utuk anak-anak mereka berdasarkan lokasi tempat tinggal. Jadi jika ingin menyekolahkan anaknya ditempat sekolah ynag mereka inginkan maka lokasi rumah mereka harus dekat dengan sekolah tersebut. Hal ini mengakibatkan bahwa harga jual rumah yang terletak di sekolah bagus akan lebih mahal.

3. Proses seleksi perekrutan guru berlangsung cukup ketat, karena guru adalah salah satu pekerjaan favorit di korsel.

4. Transfer dari buku kertas tradisional ke buku digital sangat terasa di kelas. Umumnya pemerintah akan menyediakan tablet untuk sekolah. Antara buku teks dan program di tablet sudah terorganisir  dan terancang dengan baik. "Transfer dari buku kertas tradisional untuk buku digital akan memungkinkan siswa untuk meninggalkan ransel mereka berat dan menjelajahi dunia di luar kelas." 

5. Guru-guru di korsel juga membuat RPP yang lengkap.




Diskusi panel dengan guru dan kepala sekolah Kojan Elementary School

Diskusi Panel Dengan Guru di Bowon's Girl Junior High School

 Berinteraksi di Kelas "Buwon's Girls School"


Lelah perjalanan di Korsel seolah terbayar dengan oleh-oleh ilmu dari negeri gingseng ini. Perjalanan ini memberi arti untuk terus berupaya memberikan performance terbaik sebagai seorang guru kepada anak-anak didiknya. Totalitas dalam berkarya, kerja keras dalam membuat perubahan di dunia digital memang ada di tangan para pendidik yang percaya bahwa " Mengajar dan mendidik 1 siswa dengan baik sama saja memberikan 1 masa depan untuk mereka. Mengajar dan mendidiklah dengan cinta maka cinta itu akan kembali kepada kita". 
 










Minggu, 08 Mei 2016

Surprise di Hari Keberangkatan ke Korea Selatan

Dalam ajang kompetisi menulis yang diadakan oleh Bank BNI dengan tema Mau Bertanya Ga Sesat Di Jalan, saya turut serta memeriahkan kompetisi. Alhasil tanggal 12 April 2016 sekitar pukul 12.00 siang, saya mendapat telepon  dari BNI untuk melengkapi data karena saya adalah salah satu pemenang dari 417 artikel yang masuk. Saya kirim tulisan "Australia dalam Memori"
      





Menuju Korea Selatan melalui My Teacher My Hero Award 2015


Pagi yang cerah ketika sedang duduk di kantor guru SMAN 5  Palembang, tiba-tiba satu sms datang dari telkom menginfokan adanya lomba menulis untuk guru dengan tema pengalaman mengajar guru menggunakan digital dalam program My Teacher My Hero. Hadiah lomba ini 8 guru akan diberangkatkan edu tour ke Korea Selatan. Untuk keterangan lebih lanjut guru diminta mengakses link url yang ditautkan dalam sms tersebut. Antusias ketika membaca sms ini saya bagi kepada salah satu teman saya di kantor, namun teman saya menolak untuk ikut.

Indonesia Digital Learning (IDL) - My Teacher My Hero (MTMH) Award 2015 merupakan salah satu program CSR PT. Telkom Indonesia sebagai wujud kepedulian Telkom Indonesia terhadap pergerakan kemajuan pendidikan di Indonesia khususnya perkembangan potensi, minat, bakat dan skill bagi para guru dalam bidang digital atau penggunaan system information, communication, and technology (ICT).

Telah menjadi kebiasaan saya yang tidak boleh ditiru mengerjakan sesuatu mendekati deadline. Dua hari sebelum batas pengumpulan karya baru mulai menulis. Tulisan itu dimulai sekitar pkl 24.00 dini hari karena harus menunggu buah hati tidur terlelap dan saya juga tidur terlelap sejenak.  Sekitar jam 2, tulisan tersebut selesai dan saya kirim melalui email sesuai petunjuk panitia. Saat itu karya yang saya kirimkan adalah pengalaman menggunakanwww.lydiavalensia.wikispaces.com.
 

Akhir bulan november, pengumuman 45 besar  keluar. Saya termasuk di dalamnya, satu-satunnya peserta dari Sumatera Selatan. Kami diminta mengumpulkan draft profil kemudian menunggu undangan untuk boothcamp di Kota Kembang “Bandung” untuk mendapatkan pelatihan dan seleksi menuju 8 besar.

Hari itu tiba undangan dan rundown acara dikirim. Acara dimulai tanggal 10-13 Desember 2015. Sayangnya saya masih dalam perjalanan pulang dari umroh pada tanggal 10 Desember.

Saya diperbolehkan datang menyusul pada tanggal 11 Desember 2015. Singkat cerita menjelang  break sholat jumat saya hadir di tengah-tengah peserta boothcamp. Kemudian setelah sholat jumat saya menjadi peserta terakhir dari 17 besar yang presentasi di depan dewan juri.
presentasi indonesia digital learning 2015
Bersama Ibu Widi dari Bali dan Ibu Endah


Tak disangka tak diduga ketika pengumuman 8 besar, saya adalah salah satunya. Subhanallah, Allahhuakbar. Salah satu doa yang saya panjatkan di depan Ka'bah langsung di ijabah dikabulkan Allah SWT. Kekuatan doa itu luar biasa.

8 Pemenang dan Dewan Juri

8 Pemenang IDL 2015


Puncak pemberian penghargaan dilakukan di Gelora Bung Karno pada tanggal 13 Desember 2015.

Dibelakang panggung Gelora Bung Karno



Lomba ini yang mengantarkan saya ke negeri Gingseng, Korea Selatan. :). Terima Kasih Telkom dan PGRI :). 


Jumat, 29 Januari 2016

Mau Bertanya Nggak Sesat di Jalan #ASKBNI


Australia dalam Memori#Mau Bertanya Ga Sesat di Jalan#


Australia dalam Memori       
   
  Andrea Hirata seorang penulis dalam bukunya yang legendaris “ Sang Pemimpi ” berkata “ Bermimpilah, maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu. Kata-kata inilah yang membooster semangat untuk punya impian. Kalau mengingat prosesnya, kejadiannya memang benar-benar seperti mimpi para blogger J. Kisah ini berawal dari doa yang pernah saya suratkan kepada sang Khaliq...” Ya Allah pingin deh keluar negeri tapi gratis” , lalu.... bagai kilatan cahaya mimpi itu dimulai.


        Sebagai seorang guru, cara ke luar negeri gratis adalah mendapatkan beasiswa kuliah, mengikuti program short course atau pertukaran guru, itulah cara yang saya tahu dari proses bertanya dengan paman yang serba tahu, google namanya J.  Selain si paman, saya juga aktif mendengar cerita teman yang pulang dari Amerika dari program short course. Kisah-kisah sukses orang lain akan menjadi inspirasi bagi kita jika kita mau mendengarkannya dengan baik.
            Jalan menuju mimpi itu semakin terang ketika tahun 2010 silam, diadakan program sister school di sekolah kami. Program ini akan memberangkatkan 1 kepala sekolah, 2 guru, 2 sisiwa dan 3 wakil kepala sekolah ke Australia, berkunjung dan menjalin persahabatan ke sekolah “The Height School” yang terletak di Adelaide, South Australia. Rezeki memang sudah di atur yang maha kuasa, saya salah satu guru itu. Senang tak terkira, keluar negeri untuk pertama kalinya.
Kami menggunakan travel agent untuk mengatur keberangkatan kami ke Australia, sehingga proses pengurusan pasport, ticket dan visa bisa aman terkendali, tetapi tidak ada tour guide yang menemani penerbangan ke luar negeri kami. Kamipun siap ke negeri Kangguru J. Petualangan di mulai ketika penerbangan perdana ke international departure (keberangkatan internasional) di bagian imigrasi, passport yang dibawa harus di cap. Kami antri di bagian Foreigner (Warga Negara Asing), seharusnya antri di bagian  Warga Negara Indonesia (WNI). Ini namanya #ga mau bertanya sesat di antrian J.  Bukan bahasa Inggrisnya yang membuat kami salah mengantri, tetapi mungkin gugupnya ya sehingga tulisan foreigner tidak terlihat oleh kami J, karena kalau soal bahasa Inggris, insya Allah kami mengerti J.  

Ngantri di Imigrasi #gambar dari google  1
First Impression di Bandara Sydney
            Kami terbang bersama Qantas Airlines, selama ± 6 jam perjalanan dengan perbedaan waktu 3 jam lebih awal di sydney. Sesampainya kami di Bandara Sydney,kami yang tanpa guide harus melewati imigrasi di Sydney,melakukan checking bagasi dan mengambil bagasi sendiri. Sydney adalah salah satu bandara tersibuk di dunia karena banyaknya wisatawan dari dalam dan luar negeri yang berkunjung ke sydney. Hiruk pikuk manusia dari berbagai warna kulit, ras tampak jelas di Bandara ini. Kalau tidak hati-hati dan membaca berbagai petunjuk bisa tersesat di Bandara ini. Berbaris di imigrasi sydney jangan lupa harus “ANTRI” , kaki tidak boleh melewati batas kuning yang disediakan. Budaya antri mereka memang luar biasa. Belum habiis lelah karena mabuk perjalanan udara J, kami terbang lagi ke kota Adelaide, Australia Selatan.



Masa Kecil dan Adelaide
            Dulu sewaktu duduk di Sekolah Dasar, guru pernah mengajarkanku tentang nama-nama kota di Australia. Sayang seribu sayang penyebutannya salah Sydney disebut “Siddene”, Adelaide disebut “Ade lai de” J. Tetapi tidak semua guru di SD pernah mengajarkan Negara-negara lain kepada muridnya, dan saya bersyukur punya guru yang pernah mengenalkan saya nama kota di Australia, karena seperti mimpi kota-kota itu saya kunjungi.
            Jangan takut tersesat di kota Adelaide, karena kami dipandu guide J. Yippie...sesampai di Bandara Adelaide, kami langsung di jemput oleh Daryl Carter , orang yang mengurusi bagian internasional di departemen pendidikan di kota Adelaide. Kami langsung ke hotel untuk istirahat sejenak lalu diajak jalan-jalan sekeliling hotel dan keesokan harinya kami akan ke The Height School unntuk melakukan program sister school.
Baru Nyampe Adelaide
                Keesokan harinya, kami mengunjungi The Height School. Pagi itu matahari bersinar menerangi langit, tetapi dinginnya tetap masuk ke pori-pori kulit. Suhu waktu itu mencapai 6oC, dingin sekali untuk saya yang baru pertama kali merasakan musim dingin, sehingga jaket tebalpun melekat di kulit. Selama 3 hari kami di The Height School, pergi pagi pulang sore hari. Kami juga berkunjung ke kebun binatang untuk melihat hewan kantung “kangguru” hewan yang menjadi ikon Australia. Akhirnya, lyric lagu semasa kecilku dari trio kwek kwek yang terus dikenang sampai hari ini “ Australia namanya, kataya..katanya. Kangguru binatangnya, katanya...katanya” bisa terealisasi dengan melihat dan membelai Kangguru secara langsung. Selama 3 hari tersebut, perjanjian program sister school terlaksana kemudian kegiatan selanjutnya akan di tindaklanjuti setelah kami pulang ke Indonesia.

Memberi Makan Kanguru
  
Tersesat di Sydney
            Tugas inti sudah terlaksana,maka kami kembali ke Sydney. Waktu kami 2 hari di Sydney (termasuk hari penerbangan Adelaide-Sydney) untuk mengeksplore kota Opera House ini. Kami merasa sayang sudah jauh-jauh ke Australia dengan biaya yang cukup mahal tetapi berkeliling Sydney hanya kurang dari 2 hari, maka kami memutuskan untuk  menambah 2 hari lagi di Sydney dengan biaya hotel, makan, jalan-jalan dengan uang sendiri tanpa ada tour guide. Petualangan kami di mulai J.
            Kami harus pindah hotel, karena hotel yang kami tempati waktu itu biayanya $AUS 150/per malam. Jadi kira-kira Rp. 1.500.000, tidak sesuai untuk budget kami. Kamipun pindah). Salah satu teman kami yang senang berselancar internet sudah membook hotel di Sydney via online, ketika kami belum berangkat dari Palembang. Hotel itu sesuai budget kami $AUS 30 atau sekitar RP. 300.000. Kini saatnya mencari lokasi hotel itu.
            Sydney adalah kota wisata dengan beragam budaya. Kita bisa menjumpai bermacam-macam orang dari berbagai negara disini, sehingga dimana-mana pasti disediakan peta jalan di kota Sydney untuk panduan turis. Kamipun mengambil peta tersebut dan melihat jalan menuju hotel baru kami. Sambil melihat peta, kami juga bertanya kepada beberapa orang lokasi hotel baru kami dan ternyata mudah sekali menemukannya jika kita mau bertanya#Mau bertanya Ga Sesat di Jalan. Hanya beberapa meter di sebelah kanan dari hotel kami.


Hotel Budget Backpacker  1
            Selanjutnya kami akan mengelilingi kota Sydney, tetapi maunya yang gratis, maka yang kami tuju adalah Shuttel Bus. Nomor busnya 555, kami tidak tau rute bus ini tetapi kami berangkat dari George Street. Tanpa banyak tanya kami naik shuttle bus, dan kami berenti di salah satu terminal bus stop. Tujuan kami adalah Circular Quay. Ternyata kami harus berjalan kaki lagi ke circular Quay karena terminal tempat kami berhenti seharusnya bukan disitu.
 
   George Strret     


                                                                     Circular Quay
            Di berbagai tempat wisata di Sydney disediakan keran-keran air yang bisa langsung diminum. Tidak terkecuali di Circular Quay. Saya dan salah satu teman saya meminum air disalah satu keran ini. Dulu zaman SMA ada film korea yang begitu booming “Meteor Garden”. Di salah satu adegannya pemeran utama wanita dan pria meminum air yang ada di suatu tempat di Yunani, yang katanya kalau meminum air disana maka akan kembali lagi ke sana. Maka sambil minum air di circular Quay kamipun bergurau “Siapa tahu suatu  saat bisa kembali kesini lagi J”.
                Setelah ke Circular Quay kami berjalan ke Darling Harbour, pelabuhan besar dimana kami bisa menikmati sinar matahari sambil melihat opera house dari kejauhan. DI darling Harbour kami juga menjumpai suku aborigin asli yang sedang memainkan musik didgeriidoo. Lantunan musik yang indah dan unik masih terngiang sampai saat ini.

Aborigin dan Didgeridoo
            Perjalanan kami tidak berhenti sampai disitu, keesokan harinya kami melanjutkan perjalanan ke Bondi Beach. Pantai elok nan permai di kota ini. Untuk sampai di pantai ini kami harus naik kendaraan berbayar. Salah seorang teman kehabisan uang, kami mencoba ke mesin atm terdekat yang terhubung dengan jaringan internasional seperti cirrus (Mastercard) atau PLUS (visa) untuk menarik sejumlah uang tunai. ATM di Australia menggunakan kode empat angka, jadi tips bagi blogger sebelum berangkat bepergian ke luar negeri tanyakan ke bank tempat blogger menabung dan pastikan mengubah kode tersebut sebelum berangkat. Bagi pengguna atm bank BNI, blogger bisa tanya di #ask BNI. BNI memfasilitasi kita semua melalui twitter @BNI46. Pastikan kamu follow @BNI 46 karena disitulah berbagai informasi terkait BNI bisa kamu dapat.  Untuk info penggunaan kirim Direct Message (DM) ke twitter @bni46 ketik #Ask BNI. Admin segera mereplynya :). Untuk info seputar travel, taplus, debit card juga bisa. Segera di follow twitternya blogger :).

Ask BNI


Bondi Beach
            Di Australia, orang cina juga mendominasi sampai-sampai ada yang namanya “China Town”. DI pasar tempat membeli souvenir juga banyak sekali orang-orang cina. Harga yang ditawarkan bermacam-macam mulai dari 1 AUS s.d belasan dolar. Jangan takut untuk menawar, karena harga souvenir-soevenir disini bukan harga mati. Jangan takut juga bertanya kalau ga mau tersesat di Australia. Orang-orang di Australia akan dengan senang hati membantu apabila kita tersesat atau kesulitan mencari tempat di sini. 





Shiren Sungkar dan Lydia Valensia
Petualangan di kota Sydney di tahun 2010 telah usai dan kami berangkat kembali ke Indonesia keesokan harinya. Sewaktu nanti masuk pesawat Qantas Airlines, tanpa diduga saya melihat sosok cantik pemain cinta fitri, Shiren Sungkar. Tanpa pikir panjang langsung deh saya hampiri dan minta foto sama shiren. Si shiren tampak terkejut tetapi pasang senyum semanis madu :D. Coba bayangin kalau saya ga berani ngomong minta foto sama Shiren waktu itu, pasti sekarang saya ga bisa punya kenang-kenangan foto sama Shiren.
Shiren Sungkar dan Lydia Valensia

Australalia dalam Memori#Mau Bertanya Ga Sesat di Jalan#AskBNI



Australia Saya kembali
                Waktu berlalu tanpa terasa, bulan Maret di tahun 2012 silam, tanpa di duga, tanpa di prediksi, saya kembali ke Australia. Kali ini melalui program pertukaran guru BRIDGE (Building Relationship Interculture Dialogue and Growing Engagement) yang di naungi oleh Kedubes Australia, Ausaid Fondation dan Myer Foundation, saya terpilih menjadi 1 diantara 16 guru seIndonesia  untuk mengikuti program tersebut. Luar biasa seperti mimpi.  Gurauan ingin kembali ke Australia ketika meminum air di Circular Quay menjadi nyata. Kali ini tanpa ragu saya akan bertanya apabila mengalami  kesulitan apa saja disini daripada tersesat J.  Australia saya kembali J.

NB: Tulisan ini saya ikutsertakan dalam lomba Blog BNI dengan tema “Mau Bertanya Ga Sesat Di Jalan”