Australia dalam Memori#Mau Bertanya Ga Sesat di Jalan#
Australia dalam Memori
Andrea Hirata seorang penulis dalam bukunya yang legendaris “ Sang Pemimpi ” berkata “ Bermimpilah, maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu. Kata-kata inilah yang membooster semangat untuk punya impian. Kalau mengingat prosesnya, kejadiannya memang benar-benar seperti mimpi para blogger J. Kisah ini berawal dari doa yang pernah saya suratkan kepada sang Khaliq...” Ya Allah pingin deh keluar negeri tapi gratis” , lalu.... bagai kilatan cahaya mimpi itu dimulai.
Sebagai seorang guru, cara ke luar negeri gratis adalah mendapatkan beasiswa kuliah, mengikuti program short course atau pertukaran guru, itulah cara yang saya tahu dari proses bertanya dengan paman yang serba tahu, google namanya J. Selain si paman, saya juga aktif mendengar cerita teman yang pulang dari Amerika dari program short course. Kisah-kisah sukses orang lain akan menjadi inspirasi bagi kita jika kita mau mendengarkannya dengan baik.
Jalan menuju mimpi itu semakin terang ketika tahun 2010 silam, diadakan program sister school di sekolah kami. Program ini akan memberangkatkan 1 kepala sekolah, 2 guru, 2 sisiwa dan 3 wakil kepala sekolah ke Australia, berkunjung dan menjalin persahabatan ke sekolah “The Height School” yang terletak di Adelaide, South Australia. Rezeki memang sudah di atur yang maha kuasa, saya salah satu guru itu. Senang tak terkira, keluar negeri untuk pertama kalinya.
Kami menggunakan travel agent untuk mengatur keberangkatan kami ke Australia, sehingga proses pengurusan pasport, ticket dan visa bisa aman terkendali, tetapi tidak ada tour guide yang menemani penerbangan ke luar negeri kami. Kamipun siap ke negeri Kangguru J. Petualangan di mulai ketika penerbangan perdana ke international departure (keberangkatan internasional) di bagian imigrasi, passport yang dibawa harus di cap. Kami antri di bagian Foreigner (Warga Negara Asing), seharusnya antri di bagian Warga Negara Indonesia (WNI). Ini namanya #ga mau bertanya sesat di antrian J. Bukan bahasa Inggrisnya yang membuat kami salah mengantri, tetapi mungkin gugupnya ya sehingga tulisan foreigner tidak terlihat oleh kami J, karena kalau soal bahasa Inggris, insya Allah kami mengerti J.
Ngantri di Imigrasi #gambar dari google 1
First Impression di Bandara Sydney
Kami terbang bersama Qantas Airlines, selama ± 6 jam perjalanan dengan perbedaan waktu 3 jam lebih awal di sydney. Sesampainya kami di Bandara Sydney,kami yang tanpa guide harus melewati imigrasi di Sydney,melakukan checking bagasi dan mengambil bagasi sendiri. Sydney adalah salah satu bandara tersibuk di dunia karena banyaknya wisatawan dari dalam dan luar negeri yang berkunjung ke sydney. Hiruk pikuk manusia dari berbagai warna kulit, ras tampak jelas di Bandara ini. Kalau tidak hati-hati dan membaca berbagai petunjuk bisa tersesat di Bandara ini. Berbaris di imigrasi sydney jangan lupa harus “ANTRI” , kaki tidak boleh melewati batas kuning yang disediakan. Budaya antri mereka memang luar biasa. Belum habiis lelah karena mabuk perjalanan udara J, kami terbang lagi ke kota Adelaide, Australia Selatan.
Masa Kecil dan Adelaide
Dulu sewaktu duduk di Sekolah Dasar, guru pernah mengajarkanku tentang nama-nama kota di Australia. Sayang seribu sayang penyebutannya salah Sydney disebut “Siddene”, Adelaide disebut “Ade lai de” J. Tetapi tidak semua guru di SD pernah mengajarkan Negara-negara lain kepada muridnya, dan saya bersyukur punya guru yang pernah mengenalkan saya nama kota di Australia, karena seperti mimpi kota-kota itu saya kunjungi.
Jangan takut tersesat di kota Adelaide, karena kami dipandu guide J. Yippie...sesampai di Bandara Adelaide, kami langsung di jemput oleh Daryl Carter , orang yang mengurusi bagian internasional di departemen pendidikan di kota Adelaide. Kami langsung ke hotel untuk istirahat sejenak lalu diajak jalan-jalan sekeliling hotel dan keesokan harinya kami akan ke The Height School unntuk melakukan program sister school.
Keesokan harinya, kami mengunjungi The Height School. Pagi itu matahari bersinar menerangi langit, tetapi dinginnya tetap masuk ke pori-pori kulit. Suhu waktu itu mencapai 6oC, dingin sekali untuk saya yang baru pertama kali merasakan musim dingin, sehingga jaket tebalpun melekat di kulit. Selama 3 hari kami di The Height School, pergi pagi pulang sore hari. Kami juga berkunjung ke kebun binatang untuk melihat hewan kantung “kangguru” hewan yang menjadi ikon Australia. Akhirnya, lyric lagu semasa kecilku dari trio kwek kwek yang terus dikenang sampai hari ini “ Australia namanya, kataya..katanya. Kangguru binatangnya, katanya...katanya” bisa terealisasi dengan melihat dan membelai Kangguru secara langsung. Selama 3 hari tersebut, perjanjian program sister school terlaksana kemudian kegiatan selanjutnya akan di tindaklanjuti setelah kami pulang ke Indonesia.
Tersesat di Sydney
Tugas inti sudah terlaksana,maka kami kembali ke Sydney. Waktu kami 2 hari di Sydney (termasuk hari penerbangan Adelaide-Sydney) untuk mengeksplore kota Opera House ini. Kami merasa sayang sudah jauh-jauh ke Australia dengan biaya yang cukup mahal tetapi berkeliling Sydney hanya kurang dari 2 hari, maka kami memutuskan untuk menambah 2 hari lagi di Sydney dengan biaya hotel, makan, jalan-jalan dengan uang sendiri tanpa ada tour guide. Petualangan kami di mulai J.
Kami harus pindah hotel, karena hotel yang kami tempati waktu itu biayanya $AUS 150/per malam. Jadi kira-kira Rp. 1.500.000, tidak sesuai untuk budget kami. Kamipun pindah). Salah satu teman kami yang senang berselancar internet sudah membook hotel di Sydney via online, ketika kami belum berangkat dari Palembang. Hotel itu sesuai budget kami $AUS 30 atau sekitar RP. 300.000. Kini saatnya mencari lokasi hotel itu.
Sydney adalah kota wisata dengan beragam budaya. Kita bisa menjumpai bermacam-macam orang dari berbagai negara disini, sehingga dimana-mana pasti disediakan peta jalan di kota Sydney untuk panduan turis. Kamipun mengambil peta tersebut dan melihat jalan menuju hotel baru kami. Sambil melihat peta, kami juga bertanya kepada beberapa orang lokasi hotel baru kami dan ternyata mudah sekali menemukannya jika kita mau bertanya#Mau bertanya Ga Sesat di Jalan. Hanya beberapa meter di sebelah kanan dari hotel kami.
Hotel Budget Backpacker 1
Selanjutnya kami akan mengelilingi kota Sydney, tetapi maunya yang gratis, maka yang kami tuju adalah Shuttel Bus. Nomor busnya 555, kami tidak tau rute bus ini tetapi kami berangkat dari George Street. Tanpa banyak tanya kami naik shuttle bus, dan kami berenti di salah satu terminal bus stop. Tujuan kami adalah Circular Quay. Ternyata kami harus berjalan kaki lagi ke circular Quay karena terminal tempat kami berhenti seharusnya bukan disitu.
|
George Strret |
Circular Quay
Di berbagai tempat wisata di Sydney disediakan keran-keran air yang bisa langsung diminum. Tidak terkecuali di Circular Quay. Saya dan salah satu teman saya meminum air disalah satu keran ini. Dulu zaman SMA ada film korea yang begitu booming “Meteor Garden”. Di salah satu adegannya pemeran utama wanita dan pria meminum air yang ada di suatu tempat di Yunani, yang katanya kalau meminum air disana maka akan kembali lagi ke sana. Maka sambil minum air di circular Quay kamipun bergurau “Siapa tahu suatu saat bisa kembali kesini lagi J”.
Setelah ke Circular Quay kami berjalan ke Darling Harbour, pelabuhan besar dimana kami bisa menikmati sinar matahari sambil melihat opera house dari kejauhan. DI darling Harbour kami juga menjumpai suku aborigin asli yang sedang memainkan musik didgeriidoo. Lantunan musik yang indah dan unik masih terngiang sampai saat ini.
Perjalanan kami tidak berhenti sampai disitu, keesokan harinya kami melanjutkan perjalanan ke Bondi Beach. Pantai elok nan permai di kota ini. Untuk sampai di pantai ini kami harus naik kendaraan berbayar. Salah seorang teman kehabisan uang, kami mencoba ke mesin atm terdekat yang terhubung dengan jaringan internasional seperti cirrus (Mastercard) atau PLUS (visa) untuk menarik sejumlah uang tunai. ATM di Australia menggunakan kode empat angka, jadi tips bagi blogger sebelum berangkat bepergian ke luar negeri tanyakan ke bank tempat blogger menabung dan pastikan mengubah kode tersebut sebelum berangkat. Bagi pengguna atm bank BNI, blogger bisa tanya di #ask BNI. BNI memfasilitasi kita semua melalui twitter @BNI46. Pastikan kamu follow @BNI 46 karena disitulah berbagai informasi terkait BNI bisa kamu dapat. Untuk info penggunaan kirim Direct Message (DM) ke twitter @bni46 ketik #Ask BNI. Admin segera mereplynya :). Untuk info seputar travel, taplus, debit card juga bisa. Segera di follow twitternya blogger :).
|
Ask BNI
|
Di Australia, orang cina juga mendominasi sampai-sampai ada yang namanya “China Town”. DI pasar tempat membeli souvenir juga banyak sekali orang-orang cina. Harga yang ditawarkan bermacam-macam mulai dari 1 AUS s.d belasan dolar. Jangan takut untuk menawar, karena harga souvenir-soevenir disini bukan harga mati. Jangan takut juga bertanya kalau ga mau tersesat di Australia. Orang-orang di Australia akan dengan senang hati membantu apabila kita tersesat atau kesulitan mencari tempat di sini.
Shiren Sungkar dan Lydia Valensia
Petualangan di kota Sydney di tahun 2010 telah usai dan kami berangkat kembali ke Indonesia keesokan harinya. Sewaktu nanti masuk pesawat Qantas Airlines, tanpa diduga saya melihat sosok cantik pemain cinta fitri, Shiren Sungkar. Tanpa pikir panjang langsung deh saya hampiri dan minta foto sama shiren. Si shiren tampak terkejut tetapi pasang senyum semanis madu :D. Coba bayangin kalau saya ga berani ngomong minta foto sama Shiren waktu itu, pasti sekarang saya ga bisa punya kenang-kenangan foto sama Shiren.
|
Shiren Sungkar dan
Lydia Valensia
|
Australalia dalam Memori#Mau Bertanya Ga Sesat di Jalan#AskBNI
Australia Saya kembali
Waktu berlalu tanpa terasa, bulan
Maret di tahun 2012 silam, tanpa di duga, tanpa di prediksi, saya kembali ke
Australia. Kali ini melalui program pertukaran guru BRIDGE (Building
Relationship Interculture Dialogue and Growing Engagement) yang di naungi oleh
Kedubes Australia, Ausaid Fondation dan Myer Foundation, saya terpilih menjadi
1 diantara 16 guru seIndonesia untuk
mengikuti program tersebut. Luar biasa seperti mimpi. Gurauan ingin kembali ke Australia ketika
meminum air di Circular Quay menjadi nyata. Kali ini tanpa ragu saya akan
bertanya apabila mengalami kesulitan apa
saja disini daripada tersesat J.
Australia saya kembali J.
NB: Tulisan ini saya ikutsertakan
dalam lomba Blog BNI dengan tema “Mau Bertanya Ga Sesat Di Jalan”