Labbaika
Allahumma Labbaik
“Allah SWT memang benar-benar memberi
nikmat tak terduga kepada setiap hambanya yang memohon limpahan rahmat dan
kasih sayangNYA”, begitulah keyakinan yang aku miliki di usiaku yang menjelang
30 tahun. Desember 2015, tepatnya di tanggal 1 -10 Desember, sebuah perjalanan
religi aku lalui bersama seorang laki-laki yang sangat mencintaiku, yang telah
mencuriku dari Ayahku secara islam dan terhormat untuk menjadi pendamping
hidupnya di tahun 2013 silam. Panggilan
Allah SWT kepada kami berdua untuk ke tanah suci tidak terlepas dari peran
orang-orang terdekat kami. Keteguhan niat hati kami berdua untuk melakukan
perjalanan ini adalah rahmat dari Allah SWT melalui tangan ayah dan Ibu
mertuaku. Mereka berdua adalah orang yang menjembatani kami suami istri bisa
beribadah ke tanah suci karena awalnya
suamiku menolak dengan mantap untuk pergi umroh.
Suamiku menolak nasehat ayah dan Ibu
untuk beribadah ke tanah suci dengan alasan pekerjaan. Lima kali telpon genggam
berdering dari Ibunda, lima kali pula suamiku menolak. Tak puas dengan bicara
di telpon, pada saat bertemu dan dinasihatin, suamiku tetap menolak. Sebagai
seorang istri, aku hanya bisa mengikuti imamku, karena langkahku sekarang ada
di restu imamku. Jika suamiku tetap berkata tidak maka aku tidak akan
berangkat.
Hari itu, sekitar pukul 11.00 siang, suamiku
menelpon dari kantornya dan berkata “ Bunda, ayah mau pergi umroh”.
Ahhh...subhanallah, Allahhakbaar, janji Allah SWT itu pasti, aku meneteskan airmata. Entah
bagaimana Allah membolak balikkan hati suamiku tetapi aku tahu bahwa Allah
telah memanggil kami sebagai tamunya. Labbaika Allahumma Labbaik. Hati ini
terpanggil, jiwa ini bergetar, matapun berkaca-kaca, bahagia tak terkira, aku
dan suami berangkat ke tanah suci.
Dimalam hari pkl 22.00 WIB, semalam sebelum kami berangkat ke tanah suci, sebuah email masuk dari panitia Indonesia Digital Learning yang isinya menyatakan bahwa aku lulus seleksi 45 besar Nasional untuk guru inspiratif digital learning dari telkom,dan PGRI. Aku harus ke Bandung untuk seleksi tahap berikutnya pada tanggal 10-14 Desember agar bisa memenangkan hadiah utama yaitu studi banding ke sekolah abad ke 21 di Korea Selatan. Di email itu aku diharuskan membuat profil data diri sesuai contoh dari Panitia. Lemas bukan main mengetahui bahwa aku tidak bisa mengikuti seleksi ini karena tanggal 10 Desember, aku baru pulang dari Jeddah dan sampai di Palembang di sore hari. Dengan pikiran yang kacau dan bercabang ku buat profil diri dengan sungguh-sungguh dan mengirim email balik ke panitia. Aku ingat betul saat itu sudah menunjukkan pkl 02.00 pagi, sedangkan pkl 05.30 kami harus menuju Bandara Sultan Mahmud Badarudin. Aku tidak bisa tidur sambil meneteskan air mata. Suamiku terbangun dan bertanya padaku ada apa. Dengan perasaan kesal, sedih aku menceritakan semuanya, lalu ia berkata " Ikhlaskan bunda, ikhlaskan, kita mau beribadah". Aku ikhlas , benar-benar ikhlas. Kami berangkat ke tanah suci.
Dimalam hari pkl 22.00 WIB, semalam sebelum kami berangkat ke tanah suci, sebuah email masuk dari panitia Indonesia Digital Learning yang isinya menyatakan bahwa aku lulus seleksi 45 besar Nasional untuk guru inspiratif digital learning dari telkom,dan PGRI. Aku harus ke Bandung untuk seleksi tahap berikutnya pada tanggal 10-14 Desember agar bisa memenangkan hadiah utama yaitu studi banding ke sekolah abad ke 21 di Korea Selatan. Di email itu aku diharuskan membuat profil data diri sesuai contoh dari Panitia. Lemas bukan main mengetahui bahwa aku tidak bisa mengikuti seleksi ini karena tanggal 10 Desember, aku baru pulang dari Jeddah dan sampai di Palembang di sore hari. Dengan pikiran yang kacau dan bercabang ku buat profil diri dengan sungguh-sungguh dan mengirim email balik ke panitia. Aku ingat betul saat itu sudah menunjukkan pkl 02.00 pagi, sedangkan pkl 05.30 kami harus menuju Bandara Sultan Mahmud Badarudin. Aku tidak bisa tidur sambil meneteskan air mata. Suamiku terbangun dan bertanya padaku ada apa. Dengan perasaan kesal, sedih aku menceritakan semuanya, lalu ia berkata " Ikhlaskan bunda, ikhlaskan, kita mau beribadah". Aku ikhlas , benar-benar ikhlas. Kami berangkat ke tanah suci.
Perjalanan
kami dimulai dari Palembang- Jakarta-Jeddah –Madinah, secara batiniah ini bukan
sekedar perjalanan biasa, tetapi merupakan titik balik kami untuk menjadi
manusia yang lebih baik. Sembilan jam perjalanan dengan pesawat Garuda Airlines
dari Jakarta ke Jedddah, dilanjutkan Lima jam dari Jeddah ke Madinah dengan
bus, melelahkan namun benar-benar membahagiakan. Untuk pertama kalinya, kami
menginjakkan kaki di Masjid Nabawi, Masjidnya Nabi besar Muhammad SAW. Melihat
keindahan Tekstur Masjid, aku memuji kebesaran Allah SWT dan Rasullah SAW.
Sajadah hijau persegi panjang yang membentang di seantero masjid menjadi saksi
ucapan syukurku dan suami karena Allah SWT memberi kami kesempatan dan
memanggil kami ke tanah suci.
Di dalam
masjid ini, kami berziarah ke makam Nabi besar Muhammad SAW, Ar Raudoh namanya.
Ribuan manusia besujud dan berdoa di makam nabi. Seketika Aku merasa sangat
dekat, seolah-olah bertemu dengan Rasullah SAW. Tak elak mata ini tak bisa
menahan tangis lagi. Aku benar-banar bersyukur bisa berada disini. Untaian doa panjang
aku minta untukku, suami dan keturunanku, kedua orang tuaku, keluarga besarku
serta seluruh kaum muslimin dan muslimat.
Tujuan utama
ke tanah harom Madinah adalah ziarah. Selain makam Nabi Muhammad SAW, kami juga
berziarah ke makam keluarga nabi. Kami juga mengunjungi Masjib Quba, kebun
kurma, Jabal Uhud, Jabal Magnit dan percetakan Al-quran, selebihnya yang kami
lakukan adalah memperbanyak ibadah di Masjid Nabawi.
Jum’at, 5
Desember 2015, kami sholat Jum’at di Masjid Nabawi. Perempuan juga ikut karena
tidak ada larangan bagi perempuan untuk sholat Jum’at. Kemudian Check Out Hotel
pkl 14.00 WSU dan menuju Makkah dengan pakian Ihrom. Di perjalanan kami
berhenti di Masjid Bir Ali untuk mengambil Miqat Umroh dan memulai niat Umroh.
Kami tiba di Makkah pkl 22.00 WSU dan memulai umroh pada tengah malam.
Luar biasa
pengalaman ini, kami berdua melakukan thawaf dan Sa’i. Suamiku di depan dan aku
dibelakanganya. Inilah puncak dari perjalanan kami, yaitu umroh. Seorang ustadz
menuntun bacaan thawaf dan Sa’i. Aku tetap membuka buku panduan umroh untuk
membaca doa thawaf dan Sa’i karena sesekali suara ustadz tidak bisa terdengar
jelas karena banyaknya manusia yang memutari Ka’bah. Tujuh putaran thawaf,
selesai kami lakukan. Selanjutnya adalah Sa’i, mendaki bukit Safa dan Marwah.
Setelah selesai Sa’i kami mengunting sebagian rambut kami dengan berdoa “
Allahummaj-al likulli sya’ratin nuuran yaumal-qiyamah” yang artinya “ Ya Allah
jadikanlah untuk setiap helai rambut (yang digunting) cahaya pada hari kiamat. Selesailah umroh wajib kami.
Selain umroh wajib untuk diri kami,
kami juga melaksanakan umroh untuk kedua dan ketiga kalinya untuk kakek dan
nenek kami. Miqat untuk umroh yang kedua kalinya di Masjid Hudaibiyah dan di
Masjid Ji’ranah untuk umroh ketiga
kalinya. Umroh kedua kami lakukan pada
Hari Minggu tanggal 7 Desember dan Senin 8 Desember 2015, umroh yang ketiga
Di kota Makkah, kami berkunjung ke
rumah kelahiran Nabi, Masjid Jin dan perkuburan Ma’la (tempat Siti Khadijah
dimakamkan). Kami juga sempat ke Jabal Nur, Jabal Tsur, Padang Arafah dan Jabal
Rahmah (Tempat bertemunya Adam dan Hawa setelah berpisah selama 300 tahun). Di
dalam perjalanan suamiku memegang erat jemari tanganku. Aku menatap wajahnya,
sambil sesekali tersenyum. DI kota Makkah , kami berjalan berdampingan sambil
berpegangan tangan. Suamiku sering berbisik kearahku ditengah keramaian sebuah
kalimat yang membuatku tersenyum.
Selasa, 9
Desember 2015, kami thawaf wada pkl 03.00 WSU lalu pkl 08.00 WSU check out
menuju kota Jeddah dan pulang ke Indonesia. Kami Take Off menuju Jakarta pkl
20.00 WSU. Di dalam pesawat Garuda, aku dan suami duduk bersebelahan. Ia terus
menggengam jemariku dan berkata kalimat yang sama yang aku dengar beulang kali
ketika di kota Makkah. Ia berkata “ Bunda, Ayah sayang Bunda”. Kalimat yang
membuatku tersenyum, tersipu malu dan begitu bahagia.
Pada jam 17.30, 10 Desember 2015 menjelang maghrib, kami tiba di rumah. Langsung ku peluk erat buah hatiku. Rindu, rindu dan rindu. Ku sujud kedua orang tua, mertuaku, adik-adikku dan beberapa keluargaku yang ada di rumah saat itu. Kami sholat maghrib berjamaah kemudian bercerita pengalaman selama di Mekkah dan Madinah. Lalu menjelang pkl 21.00 aku packing kembali, karena besok pagi pkl 08.00 aku harus berangkat ke Bandung untuk mengikuti seleksi Indonesia Digital Learning tahap selanjutnya. Subhanallah, senyum ini mengembang :). Aku diperbolehkan panitia untuk datang susulan. Di tanggal 11 Desember 2015, sehabis sholat jum'at aku presentasi. Hasil perjuanganku atas izin dan restu Allah SWT aku berhasil bersanding dengan 7 orang guru inspiratif lainnya dari penjuru Indonesia mendapatkan hadiah utama yaitu studi banding ke sekolah abad 21 di Korea Selatan.
Luar biasa nikmat Allah SWT kepada kami. Alhamdullillah, alhamdullillah, inilah bahagia yang sebenar-benarnya. Semoga Allah SWT tetap mempersatukan kami dalam cinta kasih suami istri, menguatkan ikatan kami sebagai keluarga yang sakinah mawaddah warrohmah, mencerdaskan, mensolehkan keturunan kami sampai akhir zaman dan semoga Allah SWT meluaskan rezeki kami dan memanggil kami sekeluarga besar untuk beribadah ke tanah suci kembali. Labbaika Allahumma Labbaik, Labbaika la syariika laa labbaik, innal-hamda wan-ni’mata laka walmulka laa syarikalak.
Luar biasa nikmat Allah SWT kepada kami. Alhamdullillah, alhamdullillah, inilah bahagia yang sebenar-benarnya. Semoga Allah SWT tetap mempersatukan kami dalam cinta kasih suami istri, menguatkan ikatan kami sebagai keluarga yang sakinah mawaddah warrohmah, mencerdaskan, mensolehkan keturunan kami sampai akhir zaman dan semoga Allah SWT meluaskan rezeki kami dan memanggil kami sekeluarga besar untuk beribadah ke tanah suci kembali. Labbaika Allahumma Labbaik, Labbaika la syariika laa labbaik, innal-hamda wan-ni’mata laka walmulka laa syarikalak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar