Senin, 28 Desember 2015

Labbaika Allahumma Labbaik

Labbaika Allahumma Labbaik

“Allah SWT memang benar-benar memberi nikmat tak terduga kepada setiap hambanya yang memohon limpahan rahmat dan kasih sayangNYA”, begitulah keyakinan yang aku miliki di usiaku yang menjelang 30 tahun. Desember 2015, tepatnya di tanggal 1 -10 Desember, sebuah perjalanan religi aku lalui bersama seorang laki-laki yang sangat mencintaiku, yang telah mencuriku dari Ayahku secara islam dan terhormat untuk menjadi pendamping hidupnya  di tahun 2013 silam. Panggilan Allah SWT kepada kami berdua untuk ke tanah suci tidak terlepas dari peran orang-orang terdekat kami. Keteguhan niat hati kami berdua untuk melakukan perjalanan ini adalah rahmat dari Allah SWT melalui tangan ayah dan Ibu mertuaku. Mereka berdua adalah orang yang menjembatani kami suami istri bisa beribadah ke tanah suci karena  awalnya suamiku menolak dengan mantap untuk pergi umroh.
Suamiku menolak nasehat ayah dan Ibu untuk beribadah ke tanah suci dengan alasan pekerjaan. Lima kali telpon genggam berdering dari Ibunda, lima kali pula suamiku menolak. Tak puas dengan bicara di telpon, pada saat bertemu dan dinasihatin, suamiku tetap menolak. Sebagai seorang istri, aku hanya bisa mengikuti imamku, karena langkahku sekarang ada di restu imamku. Jika suamiku tetap berkata tidak maka aku tidak akan berangkat.
 Hari itu, sekitar pukul 11.00 siang, suamiku menelpon dari kantornya dan berkata “ Bunda, ayah mau pergi umroh”. Ahhh...subhanallah, Allahhakbaar, janji Allah SWT itu  pasti, aku meneteskan airmata. Entah bagaimana Allah membolak balikkan hati suamiku tetapi aku tahu bahwa Allah telah memanggil kami sebagai tamunya. Labbaika Allahumma Labbaik. Hati ini terpanggil, jiwa ini bergetar, matapun berkaca-kaca, bahagia tak terkira, aku dan suami berangkat ke tanah suci.
Dimalam hari pkl 22.00 WIB, semalam sebelum kami berangkat ke tanah suci, sebuah email masuk dari panitia Indonesia Digital Learning yang isinya menyatakan bahwa aku lulus seleksi 45 besar Nasional untuk guru inspiratif digital learning dari telkom,dan PGRI. Aku harus ke Bandung untuk seleksi tahap berikutnya pada tanggal 10-14 Desember agar bisa memenangkan hadiah utama yaitu studi banding ke sekolah abad ke 21 di Korea Selatan. Di email itu aku diharuskan membuat profil data diri sesuai contoh dari Panitia. Lemas bukan main mengetahui bahwa aku tidak bisa mengikuti seleksi ini karena tanggal 10 Desember, aku baru pulang dari Jeddah dan sampai di Palembang di sore hari. Dengan pikiran yang kacau dan bercabang ku buat profil diri dengan sungguh-sungguh dan mengirim email balik ke panitia. Aku ingat betul saat itu sudah menunjukkan pkl 02.00 pagi, sedangkan pkl 05.30 kami harus menuju Bandara Sultan Mahmud Badarudin. Aku tidak bisa tidur sambil meneteskan air mata. Suamiku terbangun dan bertanya padaku ada apa. Dengan perasaan kesal, sedih aku menceritakan semuanya, lalu ia berkata " Ikhlaskan bunda, ikhlaskan, kita mau beribadah". Aku ikhlas , benar-benar ikhlas. Kami berangkat ke tanah suci.
            Perjalanan kami dimulai dari Palembang- Jakarta-Jeddah –Madinah, secara batiniah ini bukan sekedar perjalanan biasa, tetapi merupakan titik balik kami untuk menjadi manusia yang lebih baik. Sembilan jam perjalanan dengan pesawat Garuda Airlines dari Jakarta ke Jedddah, dilanjutkan Lima jam dari Jeddah ke Madinah dengan bus, melelahkan namun benar-benar membahagiakan. Untuk pertama kalinya, kami menginjakkan kaki di Masjid Nabawi, Masjidnya Nabi besar Muhammad SAW. Melihat keindahan Tekstur Masjid, aku memuji kebesaran Allah SWT dan Rasullah SAW. Sajadah hijau persegi panjang yang membentang di seantero masjid menjadi saksi ucapan syukurku dan suami karena Allah SWT memberi kami kesempatan dan memanggil kami ke tanah suci.
            Di dalam masjid ini, kami berziarah ke makam Nabi besar Muhammad SAW, Ar Raudoh namanya. Ribuan manusia besujud dan berdoa di makam nabi. Seketika Aku merasa sangat dekat, seolah-olah bertemu dengan Rasullah SAW. Tak elak mata ini tak bisa menahan tangis lagi. Aku benar-banar bersyukur bisa berada disini. Untaian doa panjang aku minta untukku, suami dan keturunanku, kedua orang tuaku, keluarga besarku serta seluruh kaum muslimin dan muslimat.
            Tujuan utama ke tanah harom Madinah adalah ziarah. Selain makam Nabi Muhammad SAW, kami juga berziarah ke makam keluarga nabi. Kami juga mengunjungi Masjib Quba, kebun kurma, Jabal Uhud, Jabal Magnit dan percetakan Al-quran, selebihnya yang kami lakukan adalah memperbanyak ibadah di Masjid Nabawi.
            Jum’at, 5 Desember 2015, kami sholat Jum’at di Masjid Nabawi. Perempuan juga ikut karena tidak ada larangan bagi perempuan untuk sholat Jum’at. Kemudian Check Out Hotel pkl 14.00 WSU dan menuju Makkah dengan pakian Ihrom. Di perjalanan kami berhenti di Masjid Bir Ali untuk mengambil Miqat Umroh dan memulai niat Umroh. Kami tiba di Makkah pkl 22.00 WSU dan memulai umroh pada tengah malam.
            Luar biasa pengalaman ini, kami berdua melakukan thawaf dan Sa’i. Suamiku di depan dan aku dibelakanganya. Inilah puncak dari perjalanan kami, yaitu umroh. Seorang ustadz menuntun bacaan thawaf dan Sa’i. Aku tetap membuka buku panduan umroh untuk membaca doa thawaf dan Sa’i karena sesekali suara ustadz tidak bisa terdengar jelas karena banyaknya manusia yang memutari Ka’bah. Tujuh putaran thawaf, selesai kami lakukan. Selanjutnya adalah Sa’i, mendaki bukit Safa dan Marwah. Setelah selesai Sa’i kami mengunting sebagian rambut kami dengan berdoa “ Allahummaj-al likulli sya’ratin nuuran yaumal-qiyamah” yang artinya “ Ya Allah jadikanlah untuk setiap helai rambut (yang digunting) cahaya pada hari kiamat.  Selesailah umroh wajib kami.
Selain umroh wajib untuk diri kami, kami juga melaksanakan umroh untuk kedua dan ketiga kalinya untuk kakek dan nenek kami. Miqat untuk umroh yang kedua kalinya di Masjid Hudaibiyah dan di Masjid Ji’ranah untuk umroh  ketiga kalinya.  Umroh kedua kami lakukan pada Hari Minggu tanggal 7 Desember dan Senin 8 Desember 2015, umroh yang ketiga
Di kota Makkah, kami berkunjung ke rumah kelahiran Nabi, Masjid Jin dan perkuburan Ma’la (tempat Siti Khadijah dimakamkan). Kami juga sempat ke Jabal Nur, Jabal Tsur, Padang Arafah dan Jabal Rahmah (Tempat bertemunya Adam dan Hawa setelah berpisah selama 300 tahun). Di dalam perjalanan suamiku memegang erat jemari tanganku. Aku menatap wajahnya, sambil sesekali tersenyum. DI kota Makkah , kami berjalan berdampingan sambil berpegangan tangan. Suamiku sering berbisik kearahku ditengah keramaian sebuah kalimat yang membuatku tersenyum.
            Selasa, 9 Desember 2015, kami thawaf wada pkl 03.00 WSU lalu pkl 08.00 WSU check out menuju kota Jeddah dan pulang ke Indonesia. Kami Take Off menuju Jakarta pkl 20.00 WSU. Di dalam pesawat Garuda, aku dan suami duduk bersebelahan. Ia terus menggengam jemariku dan berkata kalimat yang sama yang aku dengar beulang kali ketika di kota Makkah. Ia berkata “ Bunda, Ayah sayang Bunda”. Kalimat yang membuatku tersenyum, tersipu malu dan begitu bahagia.
            Pada jam 17.30,  10 Desember 2015 menjelang maghrib, kami tiba di rumah. Langsung ku peluk erat buah hatiku. Rindu, rindu dan rindu. Ku sujud kedua orang tua, mertuaku, adik-adikku dan beberapa keluargaku yang ada di rumah saat itu. Kami sholat maghrib berjamaah kemudian bercerita pengalaman selama di Mekkah dan Madinah. Lalu menjelang pkl 21.00 aku packing kembali, karena besok pagi pkl 08.00 aku harus berangkat ke Bandung untuk mengikuti seleksi Indonesia Digital Learning tahap selanjutnya. Subhanallah, senyum ini mengembang :). Aku diperbolehkan panitia untuk datang susulan. Di tanggal 11 Desember 2015, sehabis sholat jum'at aku presentasi. Hasil perjuanganku atas izin dan restu Allah SWT aku berhasil bersanding dengan 7 orang guru inspiratif lainnya dari penjuru Indonesia mendapatkan hadiah utama yaitu studi banding ke sekolah abad 21 di Korea Selatan. 
           Luar biasa nikmat Allah SWT kepada kami. Alhamdullillah, alhamdullillah, inilah bahagia yang sebenar-benarnya. Semoga Allah SWT tetap mempersatukan kami dalam cinta kasih suami istri, menguatkan ikatan kami sebagai keluarga yang sakinah mawaddah warrohmah, mencerdaskan, mensolehkan keturunan kami sampai akhir zaman dan semoga Allah SWT meluaskan rezeki kami dan memanggil kami sekeluarga besar untuk beribadah ke tanah suci kembali. Labbaika Allahumma Labbaik, Labbaika la syariika laa labbaik, innal-hamda wan-ni’mata laka walmulka laa syarikalak.